28.3.11

Greatness in me and (you)

Apa yang anda pikirkan ketika anda melihat tokoh yang tercantum di alkitab? Sebut saja Musa, Yosua, Daud, Petrus, Paulus, dsb. Di dalam pikiranku sendiri langsung terbayang mereka adalah tokoh-tokoh besar, terkenal, hidup tanpa cela, dan memiliki sepak terjang yang luar biasa. Seringkali aku berandai-andai berada di posisi mereka, tetapi ketika aku melihat kondisiku sekarang, aku tidak yakin bisa sehebat mereka. Namun, benarkah demikian? Apakah hanya segelintir orang yang ditakdirkan untuk menjadi orang hebat? Benarkah hanya orang-orang terpilih yang bisa melakukan perkara besar? Bagaimana dengan sisanya? Apakah sisanya yang berjumlah besar itu ditakdirkan untuk menjadi orang yang biasa-biasa saja?

Ketika aku menelusuri kembali kisah tokoh-tokoh di alkitab, aku menyadari bahwa mereka sesungguhnya manusia biasa. Mereka tidak sempurna. Mereka ternyata masih melakukan kesalahan, bahkan mereka bisa takut!!! Lihatlah Musa, setelah membunuh, dia lari untuk menyelamatkan nyawanya. Yosua sendiri juga merasakan ketakutan ketika harus memimpin orang Israel menyebrangi sungai Yordan untuk menuju tanah perjanjian. Dia berada di bawah bayang-bayang Musa yang merupakan sosok besar. Daud sendiri juga dulunya hanya merupakan seorang bocah ingusan yang dipandang sebelah mata oleh keluarganya.

Nah, pertanyaannya: Jika mereka hanya manusia biasa biasa, apa yang membuat mereka berbeda? Mengapa mereka bisa memiliki nama besar?

Ketaatan. Kesetiaan. Kepercayaan.

Mereka melakukan apa yang Tuhan perintahkan sekalipun takut, sekalipun itu tidak mengenakkan buat mereka. Tidak ada manusia yang terlahir langsung menjadi orang besar, dan tidak diperlukan manusia yang sempurna untuk menjadi besar. Semuanya melalui proses. Ketika mereka setia dalam hal-hal kecil yang Tuhan berikan, maka Tuhan akan menambahkan perkara-perkara besar dalam hidup mereka. Tuhan sendiri berkata bahwa kita akan menjadi kepala dan bukan ekor, diatas dan bukan dibawah. Benih kebesaran ada didalam setiap diri kita, dan tergantung kitanya akan menumbuhkan benih itu atau tidak.

Jika saat ini posisi kita bukanlah siapa-siapa, jangan berkecil hati dan bersungut-sungut. Tetap lakukan bagian dan pekerjaan kita sebaik mungkin. Tuhan bisa mempromosikan kita bila kita percaya padaNya.

Membeo (Bukan Berkicau) di Twitter

Emosi adalah hadiah Tuhan untuk manusia sebagai sarana ekspresi. Manusia bisa marah, sedih, terharu, ataupun tertawa. Itu manusiawi. Bagaimana jika manusia dikendalikan emosi?

Aku sendiri termasuk orang yang emosional. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapanku, atau aku tidak senang perilaku seseorang, emosiku akan tersulut. Jika ada tipe orang yang secara blak-blakan menunjukkan emosinya, aku justru sebaliknya. Aku menyembunyikannya sebaik mungkin di depan orang yang membuatku kesal walaupun hati ini gondoknya bukan main.

Emosi ini ibarat gas. Ketika tekanannya meningkat, butuh tempat pembuangan agar tidak meledak. Aku sendiri (tidak dianjurkan) biasanya membuangnya ke Twitter dan teman-teman terdekat yang bisa dipercaya.


Saat itu aku merasa seluruh dunia harus tahu bahwa aku sedang bete. Kalau membuangnya kepada teman dekat, efeknya akan lebih parah lagi. Emosi itu menggelinding bagai bola salju. Kecaman meluncur dari mulutku. Kata-kata yang tidak enak keluar (yang akhirnya aku sesali sendiri dan membuatku bertanya-tanya kenapa aku bisa berkata seburuk itu mengenai orang lain).


Tahukah kamu, ketika kita melontarkan emosi kepada orang yang membuat kita tidak senang, kita bisa melukai hatinya dengan perkataan kita? Kata maaf bisa saja terucap dari mulut kita, tapi luka yang telah kita torehkan akan menimbulkan cacat di hati orang tersebut.

Tahukah kamu, kalau orang bisa menilai kita orang seperti apa melalui tulisan-tulisan ataupun status yang kamu tulis di FB, Twitter, atau BBM? Jika kita sering marah-marah lewat tulisan ataupun perilaku kita, orang akan menganggap kita sebagai orang pemarah.


Tahukah kamu, itu bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain, terutama bagi orang lain? Salah seorang teman dekatku pernah berkata padaku, “Lihat tuh kelakuan si A, sering aktif di kegiatan gereja, ikut choir, tetapi orangnya tetep suka marah-marah.” Temanku ini, orang Kristen, tetapi dia melihat bahwa tidak ada perbedaan pada sikap A. Meski A terlibat aktif di kegiatan gereja.


Kalau orang yang mengimani Yesus saja bisa berkata demikian, bagaimana lagi dengan pemikiran orang-orang di luar sana? Apakah mereka tidak akan berpikir, “Wah, orang Kristen ternyata begitu ya? “, atau, “Gayanya aja yang sok suci, tapi sama aja dengan yang lain.”


Jika begitu, nama Tuhan Yesus akan terbawa-bawa. Sebagai orang Kristen, kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita akan melakukan perintahNya dan berusaha memuliakan namaNya lewat perbuatan kita. Apakah perilaku pemarah memuliakan nama Tuhan?

Emosi itu bukan sesuatu yang salah, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ini antara kita yang mengendalikan atau dikendalikan. Kunci dari semuanya itu tentu saja adalah penguasaan diri. Tidak mudah, tapi bisa dilakukan. Seringkali ketika kita sedang dihimpit emosi, kita sebenarnya tahu apa yang harus kita lakukan untuk merespon dengan benar. Tetapi logika seringkali berkata: “Bagaimana dengan aku, aku, dan aku? Bagaimana dengan perasaanku? Enak aja aku harus berdiam diri. Bla, bla, bla...”


Aku sendiri sedang dalam proses pembelajaran. Salah satu cara mengendalikan emosi yang kubaca lewat buku adalah kita disarankan untuk menarik nafas dalam-dalam dan diam selama 10 detik. Cara ini sering kukombinasikan dengan mengingatkan diriku sendiri secara terus-menerus untuk bersabar dan meminta Tuhan untuk mengajari aku untuk merespon dengan benar. Voila! Cara itu berhasil ;)

Bagaimana dengan kamu?

NB: Sst... Ini senjata yang aku pakai kalau lagi emosi. Kamu boleh memakainya juga.

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

Kisah sang putri (part 2)

Putri itu merapikan rambutnya, mengamati sekali lagi penampilannya di cermin dan tersenyum puas. Hari ini adalah hari perayaan yang dinanti-nantikannya. Namun sedikit keraguan terbersit di hatinya. "Aku akan baik-baik saja. Aku bisa melaluinya" gumamnya.

Jegrek! Pintu gerbang dibuka. Sang putri melangkahkan kakinya keluar dengan senyum mengembang dibibirnya. Sebuah payung tersandar di pundaknya. Cuaca yang bersahabat, katanya dalam hati. Aku percaya hari ini akan menjadi hari yang baik.

Jalanan tampak ramai. Orang-orang berlalu lalang mengenakan pakaian berwarna cerah dan kebahagiaan terukir diwajah mereka. Ya, hari ini adalah perayaan kemerdekaan. Kemerdekaan dari penjajahan yang didalangi oleh seorang raja yang sangat kejam. Jangan tanya kejamnya seperti apa. Tidak ada orang yang mau mengingatnya.

Wajah sang putri tampak riang. Dia memandang sekelilingnya dengan bersemangat. Di kiri kanan jalan tampak berbagai penjual menjajakan barang dagangannya. Ada perhiasan, pakaian, binatang, dan heiii...ada gulali kapas!

Sang putri menghampiri si penjual dan memutuskan untuk membeli satu. Dia baru membuka mulutnya untuk menikmati gulali kapas tersebut ketika ada sekelompok anak kecil yang mengenakan topeng berlari dan tidak sengaja menyenggolnya.

Sang putri hanya tersenyum kecil. Matanya mengawasi langkah anak-anak itu dan tiba-tiba matanya tertumbuk pada sesuatu. Tanpa sadar, jari-jarinya mencengkram gagang payungnya lebih erat. Mukanya memucat dan gulali di tangannya terjatuh. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, tampak seseorang yang dikenalnya. SANG MANTAN RAJA!

Sang putri langsung membalikkan badannya. Apa yang tidak diharapkannya ternyata terjadi. Dia sudah memperkirakan ini sebelumnya. Dia menyangka dia mampu menghadapinya, namun hatinya ternyata
tidak mau diajak bekerjasama.

Tenangkan dirimu, batinnya. Jangan menoleh. Dia tidak menyadari kamu ada disini.

Sementara itu suara dan tawa sang mantan raja makin mendekat, mendekat....

Sang putri menahan nafasnya. Waktu seolah berjalan melambat.

Satu...dua...tiga...Wushh..!!!

Suara itu melewati punggungnya, perlahan menjauh sebelum akhirnya menghilang. Sang putri menghela nafas lega. Kebimbangan kembali merambat di hatinya.

'Kamu harus segera pulang'. Suara hati mengingatkan.

'Tunggu dulu! Apa kamu yakin? Kamu sudah lama tidak bertemu dengannya'. Suara lain muncul dari dalam pikirannya.

'Putri, ingat janji dan keputusanmu dulu'.

'Kamu tidak melanggar janjimu kok, kamu hanya akan mengamati dia sebentar saja. Kamu tidak akan menyapanya ataupun mengundangnya masuk kembali. Hanya me-li-hat. Kamu dikarunia mata untuk melihat putri'.

'Jangan dengarkan dia'.

'Ayolah, sebentarrrr...... saja. Kamu tidak akan menyesal'.

'Putri...putri...jangan...!!!'
Suara hati semakin mengecil dan akhirnya menghilang.

Suara pikiran berbisik kembali. 'Jangan ragu. Tidak ada orang lain yang tahu. Ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua selama kamu tidak bercerita ke yang lain'.

Sang putri mengangguk pelan. Tidak ada yang salah, tidak ada yang salah...semua akan baik-baik saja...

Sang putri berjalan perlahan melewati kerumunan mencari sosok sang mantan raja. Langkahnya agak tergesa-gesa. Gaunnya yang panjang bergesekan dengan jalan sepanjang dia berjalan.

Dia tidak perduli apakah gaunnya yang berwarna putih akan kotor ataupun robek diinjak orang. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Dia tidak ingin menyesal, atau...justru dia akan menyesal setelah ini? Dia tidak perduli. Dia tidak mau memikirkannya. Apapun yang terjadi, itu urusan belakangan.

Akhirnya sang putri menemukan sosok yang dicarinya. Sang mantan raja! Tanpa sadar wajah sang putri merona. Hatinya diliputi kebahagiaan. Jantungnya berdegup cepat, apalagi ketika dia melihat sang mantan raja mengenakan pakaian yang sama dimana mereka bertemu terakhir kalinya.

Sang mantan raja tampak asik berbicara dengan seseorang, tidak menyadari bahwa sang putri mengamatinya dari jauh. Sang putri melongok ke kiri dan kanan, berusaha melihat dengan siapa sang mantan raja berbicara.

Ketika sang putri berhasil melihatnya, senyum di wajahnya langsung lenyap. Suatu perasaan aneh membanjiri dirinya. Suatu perasaan tidak suka dan tidak rela...

Seorang gadis cantik dalam gaun menarik sedang berbicara dengan sang mantan raja. Gadis itu sesekali tertawa, menunjukkan lesung pipinya dan deretan giginya yang berwarna putih, sedangkan sang mantan raja juga terkadang tertawa.

Siapa gadis itu? Aku belum pernah melihatnya. Apakah dia kekasih barunya? Jangan-jangan gadis yang sedang ditaksirnya?

Sang putri menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa kecewa dan cemburu yang melanda hatinya. Sang putri mengamati gadis tersebut, membandingkan dirinya dengan gadis itu. Membandingkan apa yang dia miliki dan tidak miliki dari gadis itu.

"Permisi nona, jangan menghalangi jalan".

Tiba-tiba seseorang dari belakang mendorongnya ke samping. Sang putri sempat terhuyung namun tetap bisa menjaga keseimbangannya. Kejadian sesaat itu ternyata menarik perhatian sang mantan raja.

Mata sang putri membelalak ngeri ketika kepala sang mantan raja menoleh ke arahnya. Pandangan mereka bertemu. Waktu membeku. Sang mantan raja menatapnya dengan tatapan yang tidak dimengerti sang putri. Tatapan yang tajam. Tatapan yang menembus langsung ke relung hatinya, menghangatkan kembali sel-sel hatinya yang telah membeku, mendobrak-dobrak pintu keramat tempat sang putri menyimpan permatanya yang paling berharga. Alarm peringatan berbunyi keras dikepalanya. Sang putri segera tersadar.

Sementara itu, sang mantan raja mengucapkan sesuatu kepada gadis disebelahnya, kemudian bergerak ke arahnya. Sang putri tahu dia harus membuat keputusan sekarang. Melangkah maju atau mundur. Hatinya tidak siap. Tanpa sadar dia melangkah
mundur, mundur...dan ketika sang mantan raja mempercepat langkahnya, sang putri membalikkan badannya, berlari kecil menerobos kerumunan orang disekitarnya.

25.2.11

Kisah sang putri (part 1)

Gerbang itu tertutup rapat, berpalang besar dengan paku-paku yang menancap diatasnya. Seolah tak cukup, ada rantai besi dan gembok yang melingkupinya. Di pintu gerbang tertoreh tinta berwarna hitam bertuliskan 'DILARANG MASUK'.

Seseorang tampak berdiri bingung didepan pintu gerbang itu. Dahulu dia tinggal dan sempat bertahta di dalam istana dibalik gerbang itu. Dia dikasihi dan mendapat pelayanan istimewa. Apapun perkataan dan keputusannya, selalu dianggap bijaksana.

Namun suatu ketika di waktu fajar, semuanya mendadak lenyap. Dia terbangun dan menemukan dirinya terhampar di jalanan, persis didepan pintu gerbang. Pakaian kebesaran tidak menempel lagi dipundaknya. Sekarang dia tampak tak ada bedanya dengan penduduk biasa.

Sang mantan raja menggedor keras-keras gerbang itu. Dia mencoba melepaskan rantai besi dan gembok yang tergantung disana. Dia memanggil ahli kunci, yang berakhir dengan kesia-siaan. Ahli kunci berkata gembok itu dibuat khusus, tidak bisa dibuka dengan apapun kecuali oleh si pemilik kunci asli.

Sang mantan raja tidak menyerah. Dia kembali menggedor-gedor gerbang itu. Dia bertekad tidak akan pergi sebelum mendapat penjelasan. Tangannya perlahan memerah, dan darah mulai mengucur dari buku jari tangannya.

Tiba-tiba terdengar suara dari balik pintu

"Menyerahlah. Tinggalkan tempat ini".

"Tidak bisa! Ini adalah kediamanku!" balas sang mantan raja.

"Memang, tetapi itu dahulu. Carilah tempat lain".

"Mengapa? Mengapa kau mengusirku? Bukankah kau yang dahulu mengundangku masuk?"

Suasana hening sesaat.

"Maafkan aku. Ini semua salahku. Karena keegoisanku. Aku merasa...kau bukan orang yang tepat".

"Come on! Setelah semua yang kita lalui bersama, bagaimana mungkin kau mencampakkanku begitu saja? Ingatlah saat-saat itu".

"Aku...tidak bisa. Aku telah memikirkan masak-masak semuanya ini. Demi kebaikanku, dan demi kebaikanmu juga. Pergilah, aku merelakanmu. Aku percaya ada tempat lain yang lebih baik untukmu diluar sana".

"Tapi, bagaimana denganmu?"

"Tidak usah pikirkan diriku. Aku sendiri yang membuat keputusan ini. Aku akan menunggu, menunggu sampai orang yang tepat datang menggantikan dirimu".

"Kamu yakin orang itu ada? Aku masih berdiri disini untukmu".

"Aku... memilih untuk percaya. Sekarang pergilah".


Sang mantan raja menundukkan kepala dan membalikkan badannya. Satu langkah, dua langkah...dia membalikkan badannya kembali, menoleh ke arah pintu gerbang, berharap tiba-tiba gerbang itu terbuka dan dia dipersilahkan masuk kembali. Tapi gerbang itu tetap tertutup.

Sang mantan raja melanjutkan perjalanannya, mengembara ke tempat lain, mencari tempat dimana dia akan dipersilahkan masuk. Sebuah ikrar terukir dihatinya:

"Aku akan datang kapanpun dia memintaku untuk kembali. Aku akan selalu ada untuknya".

20.2.11

Matahari sore

Senja menjelang. Matahari hampir selesai bekerja. Dia mengepak-ngepakkan barangnya, mempersiapkan ruang untuk bulan yang akan menggantikannya. Cahaya matahari begitu lembut saat ini. Warna oranye berpendar disepanjang lorong apartemen. Tiba-tiba muncul siluet seorang perempuan. Tampak tinggi dan sebelah tangannya memegang sesuatu. Sesaat kukira dia akan menghampiri sang matahari. Tuk, tuk, tuk. Namun beberapa langkah sebelum mencapai matahari, perempuan itu berbelok ke kiri, membuka suatu pintu, melemparkan barang ditangannya kedalam sana sambil mengernyit jijik. Aroma yang menusuk membanjiri hidungnya. Dengan segera perempuan itu menutup pintu yang bertuliskan 'Ruang sampah'. Perempuan itu melangkahkan kakinya kembali menuju arah darimana dia berasal. Sinar matahari yang memanggilnya tidak dihiraukannya.

9.2.11

Matahari dan bulan

Aku ingin menjadi matahari,
Besar, kuat, dan memancarkan kehangatan
Memberi keceriaan bagi orang-orang yang melihatnya

Aku ingin menjadi bulan,
Bersinar diantara gelapnya malam
Memancarkan kelembutan bagi mereka yang dirudung duka

Namun sama seperti matahari dan bulan,
Aku tidaklah sempurna
Terkadang kemilauku tertutup oleh sang gerhana

30.1.11

Kerikil-kerikil

Terkadang hidup tidak berjalan sesuai yang aku inginkan. Aku telah menyusun rencana-rencana dihari sebelumnya, eh, tiba-tiba salah satu rencana tersebut tidak jadi terlaksana. Suasana hati menjadi sedikit terganggu, dan kekecewaan perlahan menyusup. Setelah itu terlebih mudah memang untuk memanjakan diri sendiri, memperbaiki suasana hati dengan sikap semau gue. Ada kalanya aku bersikap seperti itu, meneguk minuman manis untuk mengobati rasa didalam hati. Kamu dapat menyebutku lari dari masalah, ya karena memang begitu kenyataannya. Namun dipagi hari ini aku mau melakukan hal sebaliknya. Aku tidak akan membiarkan bongkahan batu itu menghambat langkahku. Masih ada rencana-rencana lain yang mesti kulakukan. Yang kuperlukan saat ini adalah hati yang besar, dan juga belajar untuk tidak membuat rancangan sendiri, melainkan menyerahkannya kepada Tuhan. Ada perkataan begini toh: 'Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan'. Semangat!

Story in Kempinski

Rasa pegal menjalari kakiku. Seandainya saja aku bisa memesan tukang pijat tengah malam begini. Gimana tidak pegal coba? Berdiri selama berjam-jam mengenakan sepatu bertumit lebih dari tujuh senti. Tapi begitulah namanya cewe. Demi penampilan rasa sakit tidak menjadi masalah.

Tadi aku menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan perak salah satu pemimpinku. Dia meminta bantuan aku dan teman-teman lainnya untuk menjaga photo booth (yang akan aku jelaskan nanti) dan membagi souvenir kepada para undangan yang datang. Perayaan itu diadakan di Kempinski. Jujur aku baru pertama kali masuk ke dalam sana. Tempatnya indah, dengan anterior yang menarik dan mewah, mengingatkanku akan hotel JW Marriot.

Sebenarnya diundangan tertulis dresscode dress merah, tetapi berhubung diantara kami tidak ada yang memiliki dress merah, kami putuskan untuk memakai dress hitam. Untuk urusan make up, aku dan dua temanku ditangani oleh teman sendiri. Orangnya sangat detil ketika merias orang, dan tanpa sadar aku membandingkan diriku dengannya. Bila aku yang memake up, pasti asal jadi, asal pake eyeshadow (intinya yg penting berwarna aja). Aku puas dengan hasilnya. Bila kalian mencari orang yang pintar make up, kalian bisa mengandalkan temanku ini,tapi tentu saja dengan bayaran. Tenang aja, ndak mahal kok.

Selesai berdandan, kami meluncur ke Kempinski dan sesampainya disana kami diberi pengarahan atakan apa yang akan kami lakukan. Tugas kami adalah menghitung tamu dengan alat penghitung yang tinggal dipencet-pencet asal ada tamu yang datang (aku tidak tau namanya). Selain itu kami juga mengantarkan tamu yang baru datang untuk berfoto di photobooth dengan keluarga mereka. Photobooth itu semacam photobox yang biasa kalian liat di mal-mal. Setelah berfoto, tamu diberi souvenir berupa bingkai foto cantik yang pinggirannya memiliki ukiran dan berwarna emas.

Tamu-tamu pun mulai berdatangan setelah jam 6. Tuan rumah, yaitu orang tua temanku menyambut mereka dengan senyum lebar. Mama orang tua temanku tampak cantik dan anggun dengan long dress berwarna perak dan rambut yang disanggul diatas. Orangnya ramah, supel, dan murah senyum. Ketika aku melihat suaminya, dengan kata lain papanya temanku, aku jadi menyadari perawakan temanku itu turunan dari mana. Makanan yang disajikan beraneka ragam, mulai dari makanan Indonesia sampe makanan Barat tersedia semua disitu, bahkan tersedia wine untuk para tamu.

Sekitar jam 8, aku dan temanku mulai mencicipi makanan disana. Pilihan pertamaku jatuh pada sushi. I love sashimi!!! Setelah itu aku mencoba menu lainnya yang aku tidak ingat namanya karena rumit. Pokoknya ada ikan, udang, sapi, ayam, dsb. Hampir semua makanannya lezat. Nah, ada pengalaman menarik disini. Aku melihat ada oyster mentah yang disajikan, kemudian aku memberitahukannya kepada salah seorang temanku. Dia tertarik dan mengambil satu. Dengan menggunakan sendok, dia meraup setengah oyster mentah tersebut. Begitu oyster tersebut masuk ke mulutnya, raut wajahnya berubah. Sesaat aku mengira dia akan muntah. Dia menutup mulutnya dan bergegas mengambil minumannya yang terletak di meja dan meneguknya. 'Baunya amis' katanya. Kemudian datang seorang temanku lagi. Dia penasaran untuk mencicipi oyster ini walaupun dia telah melihat reaksi temanku. Dia menyendok oyster yang tersisa (yang potongannya sbnrnya lebih besar) dan memakannya. Dia terdiam beberapa saat, berusaha mencerna makanan tersebut dimulutnya. Setelah mencobanya, dia berkata bahwa makanan tersebut tidak cocok untuk lidahnya.

Waktu hampir menunjukkan pukul setengah 10an lewat ketika para tamu mulai bubar. Aku dan teman-temanku kemudian mengambil kesempatan untuk berfoto ria di photobooth. Kmai menunggu sampai semua tamu pulang baru kemudian kami pamit kepada yang empunya acara.

27.1.11

Tentang rasa

Hari ini rasa itu kembali datang
Mencengkramku erat-erat dan membuatku bingung
Hari itu akan segera datang
Hari dimana aku harus membuat keputusan
Meninggalkan semua yang ada atau memulai lembaran baru
Ketidakpastian dan keraguan ini sungguh meresahkan
Jika kau adalah aku, jalan mana yang akan kau pilih?

Siapakah aku?

Kali ini kita akan bermain tebak-tebakan. Aku mau melihat apakah kamu bisa menebak tokoh utama kita kali ini.

Alkisah, pada zaman modern sekarang, hiduplah seorang putri, sebut saja namanya Princess. Aku telah mengenal princess selama enam tahun lebih. Pertama kali bertemu dengannya, yang kuingat hanyalah seorang anak lugu dengan rambut yang dikepang-kepang kecil mengenakan kemeja putih dan rok panjang. Pada acara keagamaan, ada seorang kakak kelas yang bertanya apakah dia memiliki kebiasaan mengisap jari waktu kecil, dan Princess menjawab iya.

Awal-awal aku mengenal Princess, dia adalah seorang yang senang mengoleksi komik. Hampir setiap komik dia lahap, kecuali komik cowok pastinya. Komik favoritnya adalah komik yang berbau masak-memasak, walaupun dia sendiri jarang memasak. Dapat diduga bahwa dia juga menyukai acara tv yang berbau seperti itu. Salah satu tontonan favoritnya adalah 'top chef', dan pada musim keempat 'top chef', dia menjagokan Stephanie yang ternyata memang keluar sebagai juara. Seiring bertambahnya usianya, kegemarannya akan komik mulai berkurang. Dia beralih kepada novel. Dia memiliki novel Harry Potter, Eragon, sampai The Host karangan Stephanie Meyer. Novel-novel favoritnya berbau percintaan, bahkan dia sampai membeli novel terbitan lama dari temannya!

Princess adalah seorang yang ramah, murah tersenyum, ngeflow dengan sifat phlegmatisnya dan cincai. Salah satu sifatnya yang kusukai adalah kerendahan hatinya dan kesederhanannya mengingat orang tuanya termasuk orang berpunya. Dia bisa bergaul dengan berbagai karakter orang tanpa harus berubah menjadi orang lain. Dia tetap menjadi dirinya apa adanya. Princess termasuk orang yang tidak enakan. Seringkali dia berucap 'maap, maap' walaupun sebenarnya kata itu tidak perlu diucapkan.

Dia termasuk penggemar game. Game yang sering dimainkannya akhir-akhir ini adalah Cityfille, suatu permainan dari facebook, bahkan dia juga mengajakku untuk ikut serta memainkan game tersebut.

Hari-hari Princess sekarang lebih bebas. Dia telah menyelesaikan perjalanannya di kampus dan tinggal menunggu hasil akhirnya. Aku berharap dia berhasil lulus, walaupun sebenarnya aku mau dia menungguku :)

26.1.11

Kisah pagi hari

Pagi menjelang, matahari mulai memancarkan sinarnya. Sinar itu menyusup masuk melalui sela-sela pintu kaca balkon, bergerak menyusuri sofa dimana seorang pria setengah baya sedang bersandar diatasnya. Tubuhnya besar, namun tampak mulai ringkih dimakan usia. Gurat-gurat kasar terukir diawajahnya, hasil dari perjuangan hidup yang dia lakoni selama ini. Matanya terpejam rapat, namun dia tidak sedang tidur. Aku bisa melihat kekuatiran, kegelisahan, dan berbagai pikiran berkecamuk dikepalanya. Apa yang sedang kaupikirkan? Apa yang sedang kau risaukan? Hatiku miris melihatnya. Apa yang bisa kulakukan untukmu??? Ketika aku bertanya padanya, dia hanya tersenyum datar dan berkata semuanya baik-baik. Dear Tuhan, aku tau Engkau ada diatas sana. Aku ingin mengajukan suatu permohonan. Permohonan yang tidak akan terlampau sulit bagiMu. Tolong Tuhan, jaga keluargaku. Berikan mereka damai sejahteraMu. Lindungi mereka dalam naungan sayapMu. Amin

Bulan-bintang

Aku menyukai kata bulan
Aku juga menyukai kata bintang
Aku paling senang ketika hari menjelang malam, saat orang-orang mulai beristirahat, setelah seharian bekerja membanting tulang.

Mungkin bagi kalian kata bulan dan bintang tidak bermakna apapun, namun entah kenapa kedua kata tersebut menimbulkan sensasi yang tidak biasa didalam diriku. Aku ingat suatu ketika ada seorang kenalanku yang menulis distatusnya 'the moon is so beautiful'. Aku merasa itu sangat-sangat romantis. Terserah jika kalian menganggapku kuno. Walau aku menyukai kata bulan, jangan kira aku menyukai rayuan gombal yang berkata 'wajahmu seperti rembulan'. It ain't romantic at all, malah membuat bulu kudukku berdiri! Entahlah, aku lebih suka kata-kata yang tertuang didalam tulisan daripada kata-kata yang keluar dari mulut seseorang.

Malam ini aku tidak melihat bulan ataupun bintang. Tapi aku tidak perlu kecewa, karena malam ini adalah malam yang istimewa. Papa dan adikku datang! Aku tidak akan kesepian malam ini

Suara angin

Kau menyapaku...
Melantunkan simfoni merdu di telingaku
Meniup lembut setiap helaian rambutku
Membuat hati ini sedikit berdebar
Untung kau tak melihatku,
tatkala semburat warna merah merona dipipiku
Tapi tahukah engkau?
Kau tidak bisa memilikiku
Aku telah menggembok rapat pintu hatiku
Menjaga permata didalamnya
Menunggu sampai seorang yang tepat membukanya

25.1.11

Sale!!!

Aku sedang dalam perjalanan pulang tatkala ada dua orang berbaju merah lewat didepanku. Wajah mereka tidak aku ingat, namun yang menarik perhatianku adalah tulisan 'sale' di baju mereka. Tentu saja dapat diduga mereka adalah karyawan yang bekerja di suatu mal yang sedang mengadakan sale besar-besaran.

Sebagai wanita pada umumnya, aku juga menyukai barang-barang sale. Bukannya aku tidak sanggup merogoh kocek untuk membeli barang yang tidak sale, cuma sayang saja menghabiskan duit dikala aku memerlukannya untuk keperluan lain.

Taukah kamu bahwa selain menyukai barang sale, beberapa kalangan wanita juga men'sale' diri mereka? Hush! Jangan membayangkan yang bukan-bukan. Yang kumaksudkan bukanlah wanita yang berkeliaran dimalam hari (ndak harus malem sih...), mengenakan baju ketat dan lipstik berwarna merah darah, menggoda para pria yang tidak kuat imannya. Bukan, bukan yang itu! Yang aku maksud disini adalah wanita yang diburu untuk menikah. Jangan bilang kamu tidak tahu mengenai hal itu. Menurut aturan ntah darimana, seorang wanita harus menikah sebelum umurnya kepala tiga, jangan sampai jadi perawan tua! Tekanan dari lingkungan, keluarga, dan teman-teman sekitar yang sudah menikah terkadang membuat para wanita lajang panik.

Aku memiliki seorang teman. Usianya hampir menginjak 30 tahun. Sebenarnya dia belum siap untuk memulai suatu hubungan, tetapi keluarganya terus bertanya kapan dia akan menikah. Suatu kali dia berkata kepadaku, apabila dia menginjak usia 30 tahun dan belum menikah, dia akan sale dirinya 50%!!! Hey! Aku terkejut mendengar perkataannya. Ini sama aja artinya dengan dia mengobral dirinya kepada pria mana yang tertarik padanya. Penasaran, aku menanyakan kriteria pria yang dia inginkan. Jawabannya klise, pria yang baik. Namun baik yang seperti apa? Disaat remaja, wanita akan membuat daftar kriteria yang panjang, yang kayalah, tampanlah, bla bla bla. Kriteria yang muncul akibat kebanyakan membaca dongeng, novel-novel romantis, dan menonton film Korea. Seiring bertambahnya umur, daftar kriteria itu memendek, menjadi lebih realistis bahkan menurun lagi menjadi 'yang penting laku' (mungkin tidak semua berpikir seperti itu, tp kebanyakan, iya). Aku tidak bisa menyalahkan temanku juga atas hal ini, karena aku sendiri belum mendekati umur 30 tahun. Jangan bilang aku tidak pernah cemas diusiaku yang 24 ini, apalagi ketika melihat teman-temanku sudah memiliki pasangan, bahkan menikah. Aku berharap bahwa aku tidak akan pernah menjadi wanita 'sale',dan waktu yang akan membuktikan apakah aku akan tetap memegang prinsip itu. Pernikahan tidak selalu membuat diri kita menjadi lengkap.

Btw, anyway, aku kepikiran, apakah ada juga pria yang men'sale' dirinya??? *melihat dua pria yang mengenakan kaos sale berwarna merah. hihi...

24.1.11

Once upon a time in 91

25 Januari 2011

Pernahkah kamu marah? Maksudku, ada segumpal emosi yang bergejolak didadamu dan menunggu hitungan waktu untuk meledak? Hari ini pagiku sedikit terusik tatkala aku tidak bisa menemukan novel yang kupinjam dari tempat penyewaan buku. Novel itu seharusnya dikembalikan beberapa hari yang lalu, namun karena satu dan lain hal,aku belum mengembalikannya(kebiasaan buruk!). Kuobrak-abrik kamar dan sofaku berulang kali, namun hasilnya nihil. Novel itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Aku mulai frustasi dan merasa jengkel. Kutarik nafas dalam-dalam dan kukeluarkan berulang kali, berusaha untuk tidak meluapkan emosiku. Sebenarnya aku termasuk orang yang temperamental, terutama ketika aku tidak menemukan barang yang kucari. Salahku juga sih menaruh barang sembarangan. Daripada emosiku meledak, kuputuskan untuk meninggalkan apartemen dan pergi kuliah, mengunci mulutku rapat-rapat, dan berjanji kepada diri sendiri untuk cepat-cepat pulang dan mencari novel tersebut

Ceritaku tidak berakhir disini. Ada kejadian menarik ketika aku menaiki metromini. Awalnya aku sempat bingung dengan metromini yang tumben-tumbennya dipenuhi penumpang. Hellow! Ini sudah jam 10! Jam kerja sudah dimulai sejam yang lalu! Kuabaikan perasaan aneh itu dan kuhenyakkan tubuhku ke kursi yang kosong. Didalam metromini ada segerombolan anak lelaki yang kutaksir umurnya masih belasan tahun, atau paling tidak berada diawal duapuluhan. Baru beberapa menit aku duduk, tiba-tiba seorang pemuda keturunan Tionghua yang duduk tidak jauh dari tempatku, berdiri dan menunjukkan wajah bingung. 'Ada yang lihat hp saya, tidak?' tanyanya. Aku bingung dan terkejut. Otakku perlu mencerna beberapa saat sebelum menyadari apa yang sedang terjadi. Baru kali ini aku melihat ada pencopetan diangkutan umum! Pemuda itu terus bertanya, tapi tidak ada yang merespons. Kebanyakan hanya diam dan memperhatikannya. Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang berbadan gemuk menjawab 'Copetnya sudah turun, yang tadi memakai baju putih' katanya menjelaskan. Pemuda itu tetap tampak bingung. Dia menghentikan metromini didepan kampus Ukrida namun tidak turun. Wajahnya masih ‎tampak linglung. Tidak berapa lama metromini melaju kembali. Pemuda itu kembali bertanya kepada para penumpang. 'Ada yang bisa minjemin saya hp, tidak?' Lagi-lagi suasana hening. Bapak-bapak tadi kembali menjawab 'Sudah saya bilang yang ngambil hp tadi sudah turun'. Didepan halte bus Citraland, metromini kembali berhenti. Si pemuda, si bapak-bapak, dan segerombolan anak lelaki didalam metromini turun. Pemuda tersebut merogoh kembali tasnya, berusaha mencari hpnya. Tak menemukannya, pemuda itu naik ke metromini kembali dan bertanya kepada bapak-bapak berbaju coklat yang sedang duduk ditempat yang didudukinya tadi. 'Pak, bisa saya periksa bapak?' tanya pemuda itu. Pemuda itu memeriksa tubuh si bapak dan isi tasnya, namun hasilnya nihil. Bapak-bapak yang diperiksa tadi berujar bahwa bukan dia yang mengambil. Akhirnya si pemuda turun. Aku merasa kasihan kepada pemuda tersebut, dan yang membuatku agak aneh adalah bapak-bapak yang diperiksa tadi juga turun tak lama setelah pemuda itu turun. Aku menjadi curiga. Jangan-jangan komplotan pencopetnya adalah bapak-bapak yang berbadan gemuk, segerombolan anak muda, dan bapak-bapak yang diperiksa tadi. Aku beranggapan bahwa komplotan copet itu sengaja membuat pemuda itu bingung, terutama ketika si bapak-bapak gemuk itu berulang kali berujar bahwa pencopetnya sudah turun. Dasar maling teriak maling! pikirku.

Kejadian tadi memberiku pelajaran untuk berhati-hati, terutama ketika sedang menaiki angkutan umum. Waspadalah ketika angkutan umum sedang ramai, karena pada saat itulah biasanya pencopet beraksi. Aku berandai-andai apabila tadi aku meminjamkan hpku kepada pemuda itu, mungkin pencopetnya akan ditemukan. Tapi seperti biasa penyesalan selalu datang terlambat. Aku berpikir tega banget komplotan copet tersebut, masih sehat tapi malah melakukan hal yang tidak benar. Maksudku, kalo memang sudah susah, ngapain juga menyeret orang lain untuk susah. Sebenernya pengen banget merutuk tuh pencopet, but I know God is fair. Dia akan memberi pembalasan kepada orang sesuai perbuatan orang tersebut, entah itu perbuatan baik atau jahat. Semoga pemuda itu diberi hati yang lapang (yang pasti tidak mudah dilakukan) dan semoga Tuhan memberinya hp yang baru. Amin.