30.1.11

Story in Kempinski

Rasa pegal menjalari kakiku. Seandainya saja aku bisa memesan tukang pijat tengah malam begini. Gimana tidak pegal coba? Berdiri selama berjam-jam mengenakan sepatu bertumit lebih dari tujuh senti. Tapi begitulah namanya cewe. Demi penampilan rasa sakit tidak menjadi masalah.

Tadi aku menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan perak salah satu pemimpinku. Dia meminta bantuan aku dan teman-teman lainnya untuk menjaga photo booth (yang akan aku jelaskan nanti) dan membagi souvenir kepada para undangan yang datang. Perayaan itu diadakan di Kempinski. Jujur aku baru pertama kali masuk ke dalam sana. Tempatnya indah, dengan anterior yang menarik dan mewah, mengingatkanku akan hotel JW Marriot.

Sebenarnya diundangan tertulis dresscode dress merah, tetapi berhubung diantara kami tidak ada yang memiliki dress merah, kami putuskan untuk memakai dress hitam. Untuk urusan make up, aku dan dua temanku ditangani oleh teman sendiri. Orangnya sangat detil ketika merias orang, dan tanpa sadar aku membandingkan diriku dengannya. Bila aku yang memake up, pasti asal jadi, asal pake eyeshadow (intinya yg penting berwarna aja). Aku puas dengan hasilnya. Bila kalian mencari orang yang pintar make up, kalian bisa mengandalkan temanku ini,tapi tentu saja dengan bayaran. Tenang aja, ndak mahal kok.

Selesai berdandan, kami meluncur ke Kempinski dan sesampainya disana kami diberi pengarahan atakan apa yang akan kami lakukan. Tugas kami adalah menghitung tamu dengan alat penghitung yang tinggal dipencet-pencet asal ada tamu yang datang (aku tidak tau namanya). Selain itu kami juga mengantarkan tamu yang baru datang untuk berfoto di photobooth dengan keluarga mereka. Photobooth itu semacam photobox yang biasa kalian liat di mal-mal. Setelah berfoto, tamu diberi souvenir berupa bingkai foto cantik yang pinggirannya memiliki ukiran dan berwarna emas.

Tamu-tamu pun mulai berdatangan setelah jam 6. Tuan rumah, yaitu orang tua temanku menyambut mereka dengan senyum lebar. Mama orang tua temanku tampak cantik dan anggun dengan long dress berwarna perak dan rambut yang disanggul diatas. Orangnya ramah, supel, dan murah senyum. Ketika aku melihat suaminya, dengan kata lain papanya temanku, aku jadi menyadari perawakan temanku itu turunan dari mana. Makanan yang disajikan beraneka ragam, mulai dari makanan Indonesia sampe makanan Barat tersedia semua disitu, bahkan tersedia wine untuk para tamu.

Sekitar jam 8, aku dan temanku mulai mencicipi makanan disana. Pilihan pertamaku jatuh pada sushi. I love sashimi!!! Setelah itu aku mencoba menu lainnya yang aku tidak ingat namanya karena rumit. Pokoknya ada ikan, udang, sapi, ayam, dsb. Hampir semua makanannya lezat. Nah, ada pengalaman menarik disini. Aku melihat ada oyster mentah yang disajikan, kemudian aku memberitahukannya kepada salah seorang temanku. Dia tertarik dan mengambil satu. Dengan menggunakan sendok, dia meraup setengah oyster mentah tersebut. Begitu oyster tersebut masuk ke mulutnya, raut wajahnya berubah. Sesaat aku mengira dia akan muntah. Dia menutup mulutnya dan bergegas mengambil minumannya yang terletak di meja dan meneguknya. 'Baunya amis' katanya. Kemudian datang seorang temanku lagi. Dia penasaran untuk mencicipi oyster ini walaupun dia telah melihat reaksi temanku. Dia menyendok oyster yang tersisa (yang potongannya sbnrnya lebih besar) dan memakannya. Dia terdiam beberapa saat, berusaha mencerna makanan tersebut dimulutnya. Setelah mencobanya, dia berkata bahwa makanan tersebut tidak cocok untuk lidahnya.

Waktu hampir menunjukkan pukul setengah 10an lewat ketika para tamu mulai bubar. Aku dan teman-temanku kemudian mengambil kesempatan untuk berfoto ria di photobooth. Kmai menunggu sampai semua tamu pulang baru kemudian kami pamit kepada yang empunya acara.

No comments:

Post a Comment